![]() |
Keutamaan Wudhu dalam Islam: Menyucikan Diri Sebelum Ibadah |
Wudhu bukan sekadar syarat sahnya shalat, tetapi juga ibadah yang penuh keutamaan. Dalam praktiknya, terdapat banyak doa wudhu dan dzikir saat wudhu yang diajarkan oleh para ulama untuk menyempurnakan amalan ini.
Sayangnya, doa-doa ini sering kali dilupakan, padahal mengamalkannya dapat menjadi bentuk penyucian lahir dan batin. Artikel ini menyajikan panduan lengkap amalan doa dan dzikir dalam wudhu berdasarkan kitab Hasyiyah Al-Baijuri, salah satu rujukan klasik dalam fikih mazhab Syafi’i.
Baca Juga: Cara Wudhu Lengkap dengan Niat, Doa, dan Sunahnya
1. Membaca Ta'awudz dan Basmalah
Sebelum memulai wudhu tepatnya ketika membasuh telapak tangan, sisunnahkan untuk membaca:
“Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.”
Kemudian dilanjutkan dengan membaca basmalah:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”
Dan membaca doa:
2. Doa Pada Setiap Anggota Wudhu
• Ketika Membasuh Kedua Tangan
اللَّهُمَّ احْفَظْ يَدَيَّ مِنْ مَعَاصِيكَ كُلِّهَا
“Ya Allah, jagalah tanganku dari segala bentuk maksiat kepada-Mu.”
• Ketika Berkumur (Madmadah)
اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
“Ya Allah, bantu aku untuk berdzikir kepada-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan memperindah ibadah kepada-Mu.”
• Ketika Istinsyaq (Menghirup air ke hidung)
اللَّهُمَّ أَرِحْنِي رَائِحَةَ الجَنَّةِ
“Ya Allah, anugerahkanlah aku aroma surga.”
• Ketika Membasuh Wajah
اللَّهُمَّ بَيِّضْ وَجْهِي يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ، وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ
“Ya Allah, putihkan wajahku pada hari ketika wajah-wajah menjadi putih dan hitam.”
• Ketika Membasuh Tangan Kanan
اللَّهُمَّ أَعْطِنِي كِتَابِي بِيَمِينِي، وَحَاسِبْنِي حِسَابًا يَسِيرًا
“Ya Allah, berikanlah aku catatan amal dari tangan kananku dan hisabkanlah aku dengan hisab yang mudah.”
• Ketika Membasuh Tangan Kiri
اللَّهُمَّ لَا تُعْطِنِي كِتَابِي بِشِمَالِي، وَلَا مِنْ وَرَاءِ ظَهْرِي
“Ya Allah, jangan Engkau berikan catatan amal dari kiriku, dan jangan pula dari belakang punggungku.”
• Ketika Menyapu Kepala
اللَّهُمَّ حَرِّمْ شَعْرِي وَبَشَرِي عَلَى النَّارِ
“Ya Allah, lindungilah rambut dan kulitku dari api neraka.”
• Ketika Membasuh Kedua Telinga
اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِنَ الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ القَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ
“Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang mendengarkan perkataan dan mengikuti yang terbaik darinya.”
- Ketika Membasuh Kedua Kaki
اللَّهُمَّ ثَبِّتْ قَدَمَيَّ عَلَى الصِّرَاطِ يَوْمَ تَزِلُّ فِيهِ الأَقْدَامُ
“Ya Allah, kokohkan kakiku di atas shirath (jembatan) pada hari ketika kaki-kaki tergelincir.”
Doa-doa yang dibaca saat membasuh anggota wudhu bersandar pada hadis mauquf yang diriwayatkan oleh Ibn Ḥibbān dalam Tārīkh-nya, melalui biografi ‘Abbād bin Ṣuhayb, dari Anas bin Mālik.
Namun, riwayat ini tergolong dha‘if (lemah) sehingga tidak dapat dijadikan dalil utama dalam penetapan hukum. Oleh karena itu, Imam an-Nawawī memilih untuk menghapus doa-doa tersebut dalam karyanya Minhāj al-Ṭālibīn, dengan alasan tidak terdapat dalil yang kuat yang mendasari pensyariatannya.
Meski demikian, sejumlah ulama tetap memandang bahwa membaca doa-doa ini adalah amalan yang dianjurkan, dengan dasar bolehnya beramal menggunakan hadis dha‘if dalam ranah faḍā’il al-a‘māl (keutamaan-keutamaan amal), selama tidak terlalu lemah dan tetap berada dalam bingkai syariat umum.
Baca Juga: 10 Adab Wudhu Mazhab Syafi'i dari Kitab Klasik
Bolehkah Beramal dengan Hadis Dhaif? Ini 7 Syarat Utama yang Harus Dipenuhi
3. Doa Setelah Wudhu
Setelah selesai wudhu, dalam keadaan menghadap kiblat, dianjurkan membaca:
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِنَ التَّوَّابِينَ، وَاجْعَلْنِي مِنَ المُتَطَهِّرِينَ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
“Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa junjungan kami Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Ya Allah, jadikanlah aku termasuk golongan orang-orang yang banyak bertaubat, dan jadikanlah aku termasuk golongan orang-orang yang bersuci. Mahasuci Engkau, ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau, aku memohon ampun kepada-Mu dan aku bertaubat kepada-Mu.”
4. Shalawat, Surah Al-Qadr dan Doa
Sebagai penyempurna, dianjurkan membaca:
• Shalawat kepada Rasulullah ﷺ
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ
"Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada junjungan kami Nabi Muhammad, dan kepada keluarga serta para sahabatnya, dan berilah keselamatan."
• Surat Al-Qadr 3x
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ ... إِلَى آخِرِ السُّورَةِ
Diriwayatkan dari Anas, Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ قَرَأَ فِي أَثَرِ وُضُوئِهِ {إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ} [القدر: ١] مَرَّةً وَاحِدَةً كَانَ مِنْ الصِّدِّيقِينَ، وَمَنْ قَرَأَهَا مَرَّتَيْنِ كُتِبَ فِي دِيوَانِ الشُّهَدَاءِ، وَمَنْ قَرَأَهَا ثَلَاثًا حَشَرَهُ اللَّهُ مَحْشَرَ الْأَنْبِيَاءِ
"Barang siapa membaca surah Innā Anzalnāhu fī Laylatil-Qadr [Al-Qadr: 1] satu kali setelah wudhunya, maka ia akan dicatat termasuk golongan orang-orang shiddiq (yang sangat jujur dan benar); barang siapa membacanya dua kali, maka ia akan ditulis dalam daftar para syuhada (orang-orang yang mati syahid); dan barang siapa membacanya tiga kali, maka Allah akan membangkitkannya pada hari kiamat bersama para nabi."
Hadis ini dinukil oleh Imam al-Munāwī dalam al-Majmū‘ al-Fā’iq min Ḥadīth Khayr al-Khalā’iq, dan dikomentari oleh Imam as-Suyūṭī yang menyatakan bahwa dalam sanadnya terdapat perawi bernama Abu ‘Ubaidah yang majhūl (tidak dikenal), sehingga hadis ini dihukumi dha‘īf (lemah).
Meskipun demikian, hadis ini masih dapat diamalkan dalam konteks fadhā’il al-a‘māl (keutamaan amal), selama tidak diyakini sebagai ketetapan pasti dari Nabi ﷺ dan tidak dijadikan dasar hukum syar‘i.
Dalam kerangka ini, membaca surah Al-Qadr setelah wudhu tetap dapat menjadi amalan yang baik dan penuh harapan, selama diniatkan sebagai bentuk mendekatkan diri kepada Allah dan memperbanyak amal saleh.
Setelah membaca surah Al-Qadr, dilanjutkan dengan doa:
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ذَنْبِي وَوَسِّعْ لِي فِي دَارِي وَبَارِكْ لِي فِي رِزْقِي وَلَا تَفْتِنِّي بِمَا زَوَيْتَ عَنِّي
"Ya Allah, ampunilah dosaku, luaskanlah tempat tinggalku, berkahilah rezekiku, dan janganlah Engkau timpakan fitnah kepadaku atas apa yang telah Engkau jauhkan dariku."
Doa ini tersebut dalam hadis riwayat oleh Imam an-Nasā’ī dalam Sunan-nya (no. 825) dan Ibnus-Sunnī dalam ‘Amal al-Yawm wa al-Lailah (no. 28), dari sahabat Abu Mūsā al-Asy‘arī, ia berkata:
أتيت النبي صلى الله عليه وسلم بوضوء فتوضأ، سمعته يقول: (اللهم؛ اغفر لي ذنبي، ووسع لي في داري، وبارك لي في رزقي)، فقلت: يا رسول الله؛ سمعتك تدعو بكذا وكذا، فقال: (وهل تركن من شيء)؟
“Aku datang kepada Nabi ﷺ membawa air wudhu, lalu beliau pun berwudhu. Aku mendengar beliau berdoa: ‘Allāhumma ighfir lī dzanbī, wa wassi‘ lī fī dārī, wa bārik lī fī rizqī’ (Ya Allah, ampunilah dosaku, luaskanlah tempat tinggalku, dan berkahilah rezekiku). Maka aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku mendengar engkau berdoa dengan doa ini dan itu.’ Beliau menjawab, ‘Apakah engkau ingin aku tinggalkan sesuatu darinya?’”
Amalan-amalan ini meski terlihat ringan, memiliki keutamaan yang sangat besar. Ia menjadi penyempurna dari ibadah wudhu yang bukan hanya menyucikan fisik, tapi juga hati dan amal kita. Semoga kita dimudahkan untuk istiqamah dalam menghidupkan sunnah-sunnah ini.
“Sesungguhnya umatku akan datang pada hari kiamat dalam keadaan bercahaya wajah, tangan, dan kaki mereka karena bekas wudhu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Referensi:
Posting Komentar
0Komentar