Cara Khusyu’ dalam Shalat: Menghidupkan Ruh Ibadah di Tengah Hiruk Pikuk Dunia

Pengembara Ilmu
By -
0

قَدْ أَفلَحَ الْمُؤْمِنُوْنَ {١}الَّذِيْنَ هُمْ فِى صَلَاتِهِمْ خَاشِعُوْنَ{٢}

"Sesungguhnya beruntung orang-orang yang beriman, yaitu mereka yang khusyu' dalam shalatnya."(QS. Al-Mu'minun: 1-2)


Seorang pria Muslim sedang sujud dalam shalat dengan penuh kekhusyukan di dalam masjid

Di tengah dunia yang makin sibuk dan penuh distraksi, banyak Muslim bertanya: bagaimana cara agar bisa lebih khusyu’ dalam shalat? Shalat seharusnya menjadi ruang sunyi yang menenangkan jiwa, tempat perjumpaan antara hamba dan Rabb-nya.


Namun sering kali, pikiran melayang, hati kosong, dan raga sekadar bergerak tanpa makna. Padahal, khusyu’ adalah ruh dari ibadah, inti dari shalat yang diterima dan mengubah hidup. Artikel ini akan mengajak kita menelusuri makna khusyu’, manfaatnya, dan cara sederhana untuk meraihnya di zaman yang penuh gangguan ini.


Khusyu' sebagai Ruh Ibadah

Khusyu' (خشوع) menjadi inti dari shalat yang bermakna. tanpanya ibadah  bisa kehilangan jiwanya dan hanya tinggal sebagai ritual kosong. Al-'Allamah al-Faqih Isma'il al-Maqri rahimahullah pernah menyampaikan syair yang menyentuh hati tentang hal ini:



تصلي بلا قلب صلاة بمثلها         ٠    يكون الفتى مستوجبا للعقوبة
تظل وقد أتممتها غير عالم           ٠     تزيد احتياطا ركعة بعد ركعة
فويلك تدري من تناجيه معرضا     ٠     وبين يدي من تنحني غير مخبت
تخاطبه إياك نعبد مقبلا               ٠   على غيره فيها لغير ضرورة
ولو رد من ناجاك للغير طرفه      ٠   تميزت من غلط عليه وغيرة
أما تستحي من مالك الملك أن يرى ٠   صدودك عنه يا قليل المروءة 
إلهي اهدنا فيمن هديت وخذ بنا     ٠   إلى الحق نهجا في سواء الطريقة


"Kau shalat tanpa hatishalat seperti itu,

Membuatmu layak mendapat siksa yang pilu.

Kau sempurnakan shalat tanpa tahu bacaan,

Tambah rakaat demi rakaat, penuh waspadaan.

Celakalah dirimu! Tahukah pada siapa kau memuja?

Kau tunduk tanpa khusyu', tiada rendah hati nyata.

Kau mengaku hanya kepada-nya kau sembah setia.

Kau berkata "Hanya kepada-Mu kami sembah saja,"

Namun hati tertuju pada selain Dia.

Jika yang kau ajak bicara berpaling darimu,

Engkau merasa cemburu, marah tak terkira,

Mengapa tidak saat Allah kau abaikan lalu?

Tidakkah kau malu pada Raja segala raja?

Kau berpaling dari-Nya, wahai jiwa yang kurang rasa"


Syair tersebut menggambarkan betapa shalat tanpa kehadiran hati dapat menjauhkan seorang hamba dari makna ibadah yang sejati. Allah pun memuji orang-orang yang khusyu' dalam firman-Nya:

قَدْ أَفلَحَ الْمُؤْمِنُوْنَ {١}الَّذِيْنَ هُمْ فِى صَلَاتِهِمْ خَاشِعُوْنَ{٢}

"Sesungguhnya beruntung orang-orang yang beriman, yaitu mereka yang khusyu' dalam shalatnya." (QS. Al-Mu'minun: 1-2)


Hadis Rasulullah juga memperkuat hal ini:

مَا مِنْ عَبْدٍ يَتَوَضَّءُ فَيَحْسُنُ الوُضُوْءَ ثُمَّ يَقُوْمُ فَيَرْكَعُ رَكْعَتَيْنِ يَقْبَلُ عَلَيْهِمَا بِقَلبِهِ وَوَجْحِهِ اِلَّا وَقَدْ أَوْجَبَ اللهُ لَهُ الْجَنَّةَ

"Tiada seorang hamba pun yang berwudhu dengan baik, lalu ia berdiri untuk shalat dua rakaat dengan menghadapkan hati dan wajahnya kepada Allah, melainkan Allah akan wajibkan baginya surga."


Bahkan dalam sejumlah hadis sahih lainnya disebutkan bahwa tidak ada pahala bagi orang yang shalat tanpa menghadirkan hati.


Khusyu' dalam shalat hukumnya sunnah, namun meskipun begitu urgensinya sangat besar. Hal ini tergambar dari pernyataan Imam al-Ghazali rahimahullah yang menempatkan khusyu' sebagai bagian penting yang menjadi sebagai syarat sah shalat.


Ini menunjukkan betapa sentralnya khusyu' dalam mewujudkan hakikat shalat yang sesungguhnya. Dengan kata lain, meskipun secara fikih shalat tetap sah tanpa khusyu' namun dari sisi ruhani dan kualitas ibadah, khusyu' adalah ruh dan inti dari shalat itu sendiri.


Apa itu Khusyu'

""


Para ulama berbeda pendapat dalam mendefinisikan khusyu'. Sebagian menyatakan bahwa khusyu' adalah merendahkan pandangan dan suara, yang letaknya berada di dalam hati. Di antara pendapat yang masyhur:

1. Dari Ali radhiyallahu 'anhu:

أنْ لَا يَلْتَفِتَ يَمِينًا وَشِمَالًا
"Khusyu' adalah tidak menoleh ke kanan dan ke kiri."

2. Dari Ibn Jubair:

لَا يَعْرِفُ مَنْ عَلَى يَمِيْنِهِ وَلَا عَلَى يَسَارِهِ
"Khusyu adalah tidak menyadari siapa yang ada di sisi kanan dan kirinya."

3. Dari Ibn Sirin:

هُوَ أنْ لَا تَرْفَعَ بَصَرَكَ عَنْ مَوْضُوْعِ سُجُوْدِكَ
"Tidak mengangkat pandangan dari tempat sujud."

4. Dari Atha': 

أنْ لَا تَعْبِثُ بِشَيْءٍ مِنْ جَسَدِكَ فِ الصَلَاةِ
"Tidak bermain-main dengan anggota tubuh selama shalat."

5. Dari Amr bin Dinar:

هُوَ السُّكُوْنُ وَحُسْنُ الهَيْئَةِ
"Khusyu' adalah ketenangan jiwa yang tampak dalam sikap yang tenang dan penampilan yang sopan."


Dalam An-Nihayah, disebutkan bahwa para ulama berbeda pendapat mengenai hakikat khusyu': apakah ia termasuk amal perbuatan anggota tubuh seperti diam dan menundukkan pandangan, ataukah termasuk amal hati seperti rasa takut dan tunduk, ataukah merupakan gabungan keduanya?.


Sementara itu, pengarang Fathul Mu'in menjelaskan secara lebih rinci bahwa khusyu' mencakup dua aspek utama, yaitu:


1. Khusyu' Hati

Khusyu' hati adalah menghadirkan seluruh perhatian hanya pada shalat dan isinya. Bahkan, hal-hal akhirat seperti surga dan neraka pun sebaiknya tidak diingat secara acak jika tidak berkaitan langsung dengan bacaan shalat. 

Adapun doa-doa dan zikir-zikir yang terdapat dalam shalat itu merupakan bagian dari bacaan dan amalan yang dianjurkan, maka mengingat maknanya tidak menghilangkan khusyu', justru mendukung hadirnya hati dalam ibadah.o

2. Khusyu' Anggota Tubuh

Aspek ini mencakup ketenangan fisik saat shalat, seperti tidak menggerakkan tangan tanpa alasan, tidak menoleh, serta memusatkan pandangan ke tempat sujud.


Tips Praktis Menumbuhkan Khusyu' dalam Shalat

Menghadirkan khusyu' bukan perkara mudah, terutama dizaman modern yang sarat gangguan. Namun, ada beberapa langkah praktis yang bisa membantu:

1. Menyadari keagungan Allah

Hadirkan kesadaran bahwa kita sedang berdiri dihadapan Raja segala raja yang mengetahui segala sesuatu, bahkan isi hati terdalam.

2. Mengingat ancaman bagi yang lalai

Allah bisa saja menunjukkan kemurkaan-Nya kepada mereka yang melalaikan hak-Nya dalam shalat dan menolak amalan shalat. Rasa takut ini menumbuhkan ketundukan sejati.

3. Memperpanjang rukuk dan sujud

Syekh al-Quthb al-'Arif Billah Muhammad al-Bakri berkata:

"Di antara hal yang dapat menumbuhkan kekhusyukan adalah memperlama rukuk dan sujud."


Terlebih sujud yang menjadi pokok dari shalat itu sendiri.

Shalat dalam keadaan sujud secara berjama'ah
Sujud inti dari shalat


4. Menghadirkan himmah

Fokus tidak datang tiba-tiba. Ia lahir dari niat yang kuat dan tekat yang sugguh-sungguh untuk menghadirkan hati dalam ibadah. 


Imam al-Ghazali menjelaskan bahwa hadirnya khusyu' dalam shalat tergantung pada Himmah (tekad dan perhatian). Hati hanya akan hadir dalam perkara yang menjadi pusat perhatian seseorang. Jika hati lalai dalam shalat, itu karena perhatian masih tertuju pada urusan dunia.


Satu-satunya cara menghadirkan hati adalah dengan memindahkan perhatian sepenuhnya kepada shalat, dan ini hanya mungkin bila seseorang meyakini bahwa akhirat lebih utama dari dunia, serta menyadari bahwa shalat adalah jalan menuju kebahagiaan akhirat.


Bila seseorang bisa merasa khusyu' saat berhadapan dengan orang besar di dunia, maka seharusnya lebih lagi saat bermunajat kepada Raja segala raja. Jika tidak, itu tanda lemahnya iman.


5. Mentadabburi bacaan shalat

Renungi makna ayat-ayat dibaca. Jangan biarkan lisan bergerak tanpa hati mengikutinya. Allah berfirman, "Apakah mereka tidak mentadabburi Al-Qur'an?" (QS. An-Nisa: 82), menunjukkan bahwa perenungan terhadap bacaan hukumnya sunnah, baik di luar shlat maupun di dalam shalat. 

Dengan memahami maknanya, hati lebih mudah hadir, kekhusyukan pun menjadi sempurna, dan shalat tidak sekadar menjadi rutinitas, melainkan sarana mendekat kepada Allah.


Selain itu, dalam kitab Ihya 'Ulum al-Din dijelaskan bahwa salah satu tipu daya setan adalah membuat kita sibuk dengan hal-hal akhirat atau amal kebajikan saat shalat, sehingga hati tidak benar-benar memahami bacaan. Padahal yang utama bukan sekadar gerakan lidah, melainkan makna dari bacaan itulah yang menjadi inti kekhusyukan.


6. Mentadabburi dzikir

Makna dari dzikir dan doa-doa yang terdapat dalam shalat harus direnungkan agar tidak menjadi lafaz kosong.
Jangan biarkan dzikir mengaliir di lidah tanpa makna


7. Memusatkan pandangan ke tempat sujud

Karena hal itu lebih mendekatkan seseorang pada kekhusyukan, baik dia melihat atau tidak (misalnya orang buta), baik dia sedang shalat menghadap Ka'bah, atau di tempat gelap, atau dalam shalat jenazah.


Shalat yang khusyu' adalah cahaya bagi hati dan jalan menuju kedekatan dengan Allah. Ia bukan sekadar ritual, tetapi momen agung bermunajat, berbicara, dan mengadu kepada Sang Maha Mendengar. 


Dengan menghadirkan hati, menenangkan tubuh, serta merenungi setiap bacaan, shalat kita tidak hanya menjadi penggugur kewajiban, tetapi juga penyubur iman dan ketenangan jiwa.

Semoga dengan menerapkan langkah-langkah diatas, kita mampu menjadikan shalat sebagai puncak cinta dan komunikasi yang bermakna dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala.


* Jika tulisan ini bermanfaat, jangan ragu untuk membagikan ke teman-temanmu, ya! Dan tinggalkan komentarmu dibawah, karena satu komentar darimu bisa jadi penyemangat kami untuk terus menulis artikel bermanfaat lainnya.


Referensi

    Abu Bakr bin Muhammad al-Dimyathi, I'anatut Thalibin, Juz 1: 182




Posting Komentar

0Komentar

Please Select Embedded Mode To show the Comment System.*