![]() |
Ilustrasi adab wudhu dalam Islam |
Wudhu merupakan ibadah harian yang dilakukan oleh mayoritas Muslim sebelum melaksanakan shalat. Secara fikih, wudhu memiliki rukun-rukun tertentu yang wajib dipenuhi agar shalat dianggap sah.
Namun, di balik hukum-hukum formal tersebut, terdapat sisi batiniah berupa adab dan sunnah yang sangat berharga dalam membentuk kepribadian Muslim yang beradab dan spiritual.
Sayangnya, sebagian dari adab-adab wudhu ini tidak lagi dikenal secara luas dalam praktik keseharian umat Islam. Padahal, ulama-ulama terdahulu telah memberikan perhatian yang besar terhadap aspek ini sebagai bagian dari penyempurnaan ibadah.
Tulisan ini mengangkat kembali adab-adab wudhu berdasarkan penjelasan para ulama klasik seperti Imam al-Damiry (w. 808 H) dalam An-Najm al-Wahhāb fī Syarḥ al-Minhāj, serta tambahan dari Imam an-Nawawi (w. 676 H) dalam al-Majmū‘ Syarḥ al-Muhazzab.
1. Menghadap kiblat saat Berwudhu
2. Melaksanakan Shalat Dua Rakaat Setelah Wudhu
Shalat ini menjadi bentuk pengukuhan wudhu dan sebagai pembuka pintu kekhusyukan dalam ibadah selanjutnya.
3. Tata Cara Membasuh Anggota Wudhu
Para ulama juga memberikan perhatian pada bagaimana air dibasuhkan ke anggota tubuh:
-
Saat membasuh wajah, dianjurkan memulainya dari bagian atas agar air mengalir secara alami ke bawah.
-
Ketika membasuh tangan dan kaki, jika seseorang berwudhu sendiri maka dimulai dari ujung jari ke arah siku atau tumit. Namun jika ada orang lain yang menuangkan air, maka disarankan memulai dari siku atau tumit ke ujung jari.
Adab ini menekankan prinsip tanzhim (ketertiban) dalam ibadah, serta memperhatikan aliran air agar merata dan menyentuh seluruh bagian yang diwajibkan.
4. Peletakan Wadah Air
5. Menjaga Kesucian Tempat Duduk Agar Terhindar dari Percikan
6. Meminum Air Sisa Wudhu
7. Tidak Membasuh Wajah dengan Kasar
8. Diam dari Pembicaraan Duniawi saat Berwudhu
Adab yang sering diabaikan adalah tidak berbicara selama berwudhu kecuali dalam bentuk zikir atau doa. Hal ini penting agar suasana spiritual wudhu tetap terjaga.
Dalam beberapa riwayat, sahabat dan para tabi’in menjaga keheningan dan kekhusyukan saat berwudhu, sebagaimana mereka menjaga keheningan saat shalat.
Baca Juga: Doa Wudhu dan Dzikir yang Sering Dilupakan Saat Bersuci
Delapan poin adab di atas merupakan bagian yang disebutkan secara sistematis oleh Imam al-Damiry dalam kitabnya An-Najm al-Wahhāb fī Syarḥ al-Minhāj, sebagai bentuk penyempurnaan praktik wudhu menurut perspektif fikih Syafi‘i. Namun, dalam khazanah literatur fikih lainnya, terdapat tambahan adab yang tak kalah pentingnya.
Imam an-Nawawi, dalam al-Majmū‘, mengutip pendapat al-Maḥāmilī yang menambahkan dua bentuk adab wudhu lainnya.
Meskipun tidak disebutkan dalam Najm al-Wahhāb, dua poin berikut memperkaya pemahaman kita tentang sikap dan ketenangan saat berwudhu, yang sejalan dengan semangat etika dalam bersuci.
9. Tidak Mengibaskan Tangan
Setelah membasuh tangan, disunnahkan untuk tidak mengibaskannya. Hal ini menunjukkan ketenangan dalam ibadah dan menjaga adab wudhu.
10. Tidak Mengeringkan Anggota Wudhu
Tidak mengeringkan anggota wudhu dengan kain atau handuk termasuk adab yang dianjurkan, karena air wudhu membawa berkah dan akan menjadi cahaya di hari kiamat.
Adab-adab yang disebutkan di atas adalah refleksi dari betapa Islam sangat memperhatikan aspek lahir dan batin dalam ibadah. Wudhu, sebagai pintu gerbang shalat, selayaknya tidak hanya dilakukan secara teknis, tetapi juga dengan ruh adab dan etika.
Dengan menghidupkan adab-adab ini, kita tidak hanya bersuci dari hadas, tetapi juga membersihkan hati dan menyucikan niat.
Semoga kita semua diberi taufik untuk mengamalkannya dalam keseharian. Jangan lupa, bagikan tulisan ini agar makin banyak saudara kita yang menghidupkan sunnah-sunnah wudhu!
Referensi
Posting Komentar
0Komentar