Perbedaan Harakat pada Nun dalam Tatsniyah dan Jamak: Telaah Singkat Tata Bahasa Arab

Pengembara Ilmu
By -
0

Gambar kaligrafi Arab bertuliskan "اللغة العربية" dengan gaya klasik, merepresentasikan keindahan dan kedalaman struktur tata bahasa Arab (ilmu nahwu), sebagaimana dibahas dalam artikel tentang perbedaan harakat nun dalam bentuk tatsniyah dan jamak.
Simbol estetika dan kedalaman ilmu tata bahasa Arab (nahwu)


Bahasa Arab dikenal sebagai bahasa yang kaya dan kompleks dalam struktur kebahasaannya. Salah satu ciri khas yang menarik untuk diteliti adalah perbedaan harakat atau vokal pada huruf nun di akhir bentuk tatsniyah (dua) dan jamak (lebih dari dua). Bentuk nun pada tatsniyah dikasrahkan — seperti dalam kata "زَيْدَانِ" (Zaydāni), sementara pada bentuk jamak, nun difathahkan — seperti "مُسْلِمُونَ" (Muslimūna). Mengapa bisa demikian?

Tulisan ini berusaha menjelaskan perbedaan tersebut berdasarkan kajian morfologi bahasa Arab dan beberapa pertimbangan kaidah fonetik serta keseragaman bentuk.


Asal-Usul Bentuk Tatsniyah dan Jamak

Secara historis, bentuk tatsniyah berasal dari penggabungan dua kata secara langsung (yang dikenal dalam nahwu sebagai ‘athf). Contohnya, kalimat “قَامَ الزَّيْدَانِ” (dua orang Zaid berdiri) awalnya adalah “قَامَ زَيْدٌ وَزَيْدٌ” (Zaid dan Zaid berdiri). Namun, orang Arab kemudian menyederhanakannya agar lebih ringkas, dengan menghapus salah satu nama dan mengganti dengan akhiran khusus (alif dan nun) yang menunjukkan bahwa subjeknya dua orang.


Lebih jelas, Ibnu 'Aqil dalam kitabnya mendifinisikan tasniyah sebagai berikut:

لفظ دال على اثنين بزيادة في آخره صالح للتجريد وعطف مثله عليه

"Lafadh yang menunjukkan dua (benda atau orang) dengan ada tambahan (alif dan Nun) diakhirnya dan lafadh tambahan tersebut bisa dihilangkan (tanpa merusakkan kalimatnya) dan bisa dipisahkan serta digabungkan dengan kata sejenis (melalui perantara huruf athaf)."

Tabel berisi contoh isim tatsniyah (kata benda dua) dalam bahasa Arab, seperti "مُسْلِمَانِ / مُسْلِمَيْنِ" untuk dua orang muslim, "مَدْرَسَتَانِ / مَدْرَسَتَيْنِ" untuk dua sekolah, serta bentuk lainnya yang menunjukkan perubahan akhir kata sesuai dengan i‘rab (kedudukan gramatikal).
Tabel Contoh Isim Tatsniyah dalam Bahasa Arab: Bentuk Ganda yang Baku

Baca Juga: Isim Tasniyah: Definisi, Fungsi, Anggota dan Contohnya

Hal yang sama terjadi pada bentuk jamak, yang pada dasarnya juga berasal dari pengulangan lebih dari dua. Akan tetapi, karena pengulangan seperti itu dianggap kurang praktis, maka bahasa Arab pun mengembangkan bentuk jamak tersendiri. Berikut definisinya:

ما سلم فيه بناء الواحد

"Kalimat yang utuh bentuk dasarnya (dan hanya saja ada penambahan di akhir kalimatnya berupa huruf wau/ya dan nun).

abel contoh jamak mudzakkar salim dalam bahasa Arab yang menunjukkan bentuk jamak beraturan untuk kata-kata maskulin seperti "مُتَّقِينَ" (orang-orang bertaqwa), "مُؤْمِنُونَ" (orang-orang mukmin), dan "الْوَارِثِينَ" (para pewaris), digunakan dalam struktur nahwu sesuai kaidah i‘rab.
Tabel contoh Jamak Muzakkar Salim


Tiga Alasan Kasrah pada Nun Tatsniyah

Ada beberapa alasan mengapa nun pada tatsniyah diberi harakat kasrah, sementara nun pada jamak tidak. Tentu saja hal ini untuk menunjukkan perbedaan, namun mengapa harus seperti demikian?, berikut alasannya.

Baca Juga: Contoh Jamak Muzakkar Salim, Pengertian dan Syaratnya


1. Frekuensi Penggunaan

Tatsniyah lebih sering dipakai dibandingkan bentuk jamak, terutama dalam percakapan sehari-hari. Dalam kaidah bahasa Arab, sesuatu yang lebih sering dipakai cenderung diberi bentuk yang lebih ringan diucapkan. Karena kasrah lebih ringan dari fathah dalam pelafalan, maka bentuk tatsniyah diberi kasrah pada huruf nun-nya.


2. Keserupaan dengan Tā’ Ta’nīts (Tanda Feminin)

Dalam bahasa Arab, tā’ ta’nīts (ـَة) yang menunjukkan makna feminin juga ditambahkan pada bentuk tunggal dan selalu didahului oleh harakat fathah. Karena bentuk tatsniyah juga merupakan tambahan dari bentuk tunggal, maka secara bentuk dan fungsi mirip dengan tā’ ta’nīts, dan layak untuk mengikuti pola serupa. Maka, nun pada tatsniyah diberi kasrah sebagai bentuk harmonisasi.


3. Adanya Alif Sebelum Nun dalam Tatsniyah

Dalam bentuk raf‘, tanda tatsniyah adalah alif dan nun. Dalam bahasa Arab, alif hanya bisa didahului oleh huruf berharakat fathah. Maka, agar bentuknya selaras, huruf sebelumnya difathahkan dan nun setelahnya dikasrahkan. Ini membuat bentuk akhir kata menjadi mudah dibaca dan dikenali.


Lalu Mengapa Nun pada Jamak Difathahkan?

Bentuk jamak mudzakkar salim, seperti "مُسْلِمُونَ" atau "مُؤْمِنُونَ", memakai wawu dan nun (ـُوْنَ) sebagai ciri jamak. Harakat fathah pada nun di sini dimaksudkan untuk membedakan bentuk ini dari tatsniyah secara visual dan fonetik. Selain itu, secara fonetik, penggunaan wawu yang diikuti oleh nun dengan harakat fathah menghasilkan suara yang lebih mengalir dan stabil.


Penutup
Perbedaan harakat pada huruf nun dalam bentuk tatsniyah dan jamak bukanlah perkara kebetulan, melainkan lahir dari kaidah-kaidah kebahasaan yang telah disusun secara sistematis oleh para ahli nahwu. Mulai dari frekuensi penggunaan, kemiripan struktur, hingga pertimbangan keserasian fonetik, semuanya menjadi alasan logis di balik perbedaan tersebut.


Dengan memahami hal ini, kita tidak hanya lebih fasih dalam berbahasa Arab, tetapi juga semakin menghargai keindahan sistem linguistik yang terkandung di dalamnya.


* Jika tulisan ini bermanfaat, jangan ragu untuk membagikan ke teman-temanmu, ya! Dan tinggalkan komentarmu dibawah, karena satu komentar darimu bisa jadi penyemangat kami untuk terus menulis artikel bermanfaat lainnya.



Referensi
  • Asrarul al-Arabiyah
  • Syarh Ibnu 'Aqil

Posting Komentar

0Komentar

Please Select Embedded Mode To show the Comment System.*