Pernahkah anda merasa duduk serumah, tapi justru merasa berjauhan?. Perkembangan teknologi yang pesat telah mengubah cara manusia menjalani kehidupan, termasuk dalam lingkup keluarga. Salah satu transformasi yang paling mencolok adalah hadirnya media sosial seperti WhatsApp, Instagram, TikTok, dan Facebook. Media ini menghadirkan kemudahan dalam berkomunikasi, berbagi informasi, dan belajar tentang manajemen keluarga serta parenting.
Namun di balik manfaatnya, media sosial juga membawa dampak negatif yang signifikan. Ketergantungan terhadap layar membuat interaksi langsung dalam keluarga melemah. Komunikasi hangat yang dulu akrab, kini tergantikan oleh notifikasi dan konten viral. Tak jarang muncul tekanan sosial akibat standar hidup semu yang ditampilkan oleh para influencer.
Studi Muhammad Fikri Asy'ari dan Adinda Rizky Amelia (2024) menyebutkan banyak pasangan muda terjebak dalam tekanan sosial karena tren TikTok. Fenomena ini menyebabkan konflik rumah tangga, bahkan perceraian.
Padahal, keluarga adalah institusi utama yang membentuk karakter, menanamkan nilai, dan menjaga stabilitas emosional. Ketika masing-masing anggota kehilangan arah dalam peran dan tanggung jawabnya, maka ketahanan keluarga pun ikut melemah.
Di tengah situasi ini, Islam menawarkan panduan ketahanan keluarga melalui nilai-nilai Qur'ani dan keteladanan Rasulullah SAW, yang perlu dihidupkan kembali dalam kehidupan modern.
Peran Masing-Masing Anggota Keluarga dalam Menjaga Ketahanan
Ketahanan keluarga bukan hanya soal bertahan dalam tekanan, tetapi tentang bagaimana setiap anggota keluarga mampu menjalankan perannya dengan tanggung jawab, kasih sayang, dan kesadaran akan nilai-nilai islam.1. Suami
Suami adalah pemimpin rumah tangga yang bertanggung jawab memberi nafkah, menjaga stabilitas emosional, dan membimbing keluarga dalam kebaikan. Q.S. An-Nisa' ayat 34 menyebutkan bahwa laki-laki adalah Qawwam (pemimpin) atas perempuan, bukan dalam arti kuasa mutlak, tetapi tanggung jawab utama dalam menjaga rumah tangga.2. Istri
M. Quraish Shihab menyebutkan dalam bukunya yang berjudul Wawasan Al-Qur'an bahwa istri berperan sebagai penyejuk dan penopang, bukan hanya dalam urusan domestik, tapi juga dalam menjaga akhlak dan keteladanan bagi anak-anak. Rasulullah SAW pernah bersabda, "Perempuan adalah pemimpin dirumah suaminya dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya" (HR. Bukhari & Muslim).3. Anak-Anak
Seorang anak juga berperan penting agar terbentuknya satu keluarga yang harmonis. Sesuai dengan kondisinya dalam struktur keluarga, perannya adalah mematuhi dan menaati perintah ayah dan ibunya, serta membantu pekerjaan rumah. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Q.S. Al-Isra ayat 23: "....dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya...".
Strategi Membangun Keluarga Tangguh di Era Digital
1. Membangun Komunikasi Bermakna
Jangan biarkan gawai menjadi penggati percakapan. luangkan waktu untuk berbicara tanpa distraksi digital.2. Tentukan Batas Konsumsi Media Sosial
Tetapkan waktu bebas gawai dalam keluarga, misalnya saat makan atau menjelang tidur, agar interaksi nyata tetap hidup.3. Tanamkan Nilai-Nilai Islam Secara Konsisten
Bacaan Qur'an bersama, diskusi kisah Nabi, dan menghidupkan sunnah dalam aktivitas harian bisa menjadi penyeimbang pengaruh media.4. Jadikan Al-Qur'an sebagai Pegangan
Al-Qur'an sendiri memberikan konsep untuk terwujudnya keluarga yang kokoh berupa musyawarah dan saling tolong menolong antaranggota keluarga. Tersebut dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 233: Apabila keduanya (suami dan istri) ingin menyapih anak mereka (sebelum dua tahun) atas dasar kerelaan dan permusyawarahan antarmereka, maka tidak ada dosa atas keduanya". Begitu pula sikap tolong menolong yang tergambar dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 187: ".....Istri-istri kamu (para suami) adalah pakaian untuk kamu, dan kamu adalah pakaian untuk mereka".5. Ambil Teladan dari Rasulullah
Rasulullah bukan hanya pemimpin ummat, tapi juga suami penuh kelembutan dan ayah yang sangat penyayang. Sikap beliau menjadi kompas moral bagi keluarga muslim masa kini.
Keluarga adalah pondasi utama dalam membentuk masyarakat yang kuat dan beradab. Di tengah gempuran era digital dan derasnya arus media sosial, ketahan keluarga tak lagi cukup hanya mengandalkan kedekatan fisik, tapi juga harus dibangun di atas kesadaran spiritual dan nilai-nilai ilahiah.
Islam telah menyediakan pedoman hidup yang sempurna untuk menjaga keharmonisan rumah tangga. Keteladanan Rasulullah SAW, ayat-ayat Al-Qur'an, dan ajaran moral yang luhur menjadi benteng yang kokoh dalam menghadapi tantangan zaman. Maka dari itu, sudah saatnya setiap individu dalam keluarga mengambil peran aktif-bukan hanya sebagai pelengkap, tapi sebagai penjaga nilai, pembangun cinta, dan pemelihara keutuhan.
keluarga yang dibangun di atas iman, kasih sayang, dan komunikasi yang sehat akan tetap tangguh, meski zaman terus berubah.
Pernahkah anda merasa duduk serumah, tapi justru merasa berjauhan?. Perkembangan teknologi yang pesat telah mengubah cara manusia menjalani kehidupan, termasuk dalam lingkup keluarga. Salah satu transformasi yang paling mencolok adalah hadirnya media sosial seperti WhatsApp, Instagram, TikTok, dan Facebook. Media ini menghadirkan kemudahan dalam berkomunikasi, berbagi informasi, dan belajar tentang manajemen keluarga serta parenting.
Namun di balik manfaatnya, media sosial juga membawa dampak negatif yang signifikan. Ketergantungan terhadap layar membuat interaksi langsung dalam keluarga melemah. Komunikasi hangat yang dulu akrab, kini tergantikan oleh notifikasi dan konten viral. Tak jarang muncul tekanan sosial akibat standar hidup semu yang ditampilkan oleh para influencer.
Studi Muhammad Fikri Asy'ari dan Adinda Rizky Amelia (2024) menyebutkan banyak pasangan muda terjebak dalam tekanan sosial karena tren TikTok. Fenomena ini menyebabkan konflik rumah tangga, bahkan perceraian.
Padahal, keluarga adalah institusi utama yang membentuk karakter, menanamkan nilai, dan menjaga stabilitas emosional. Ketika masing-masing anggota kehilangan arah dalam peran dan tanggung jawabnya, maka ketahanan keluarga pun ikut melemah.
Di tengah situasi ini, Islam menawarkan panduan ketahanan keluarga melalui nilai-nilai Qur'ani dan keteladanan Rasulullah SAW, yang perlu dihidupkan kembali dalam kehidupan modern.
Peran Masing-Masing Anggota Keluarga dalam Menjaga Ketahanan
Ketahanan keluarga bukan hanya soal bertahan dalam tekanan, tetapi tentang bagaimana setiap anggota keluarga mampu menjalankan perannya dengan tanggung jawab, kasih sayang, dan kesadaran akan nilai-nilai islam.
1. Suami
Suami adalah pemimpin rumah tangga yang bertanggung jawab memberi nafkah, menjaga stabilitas emosional, dan membimbing keluarga dalam kebaikan. Q.S. An-Nisa' ayat 34 menyebutkan bahwa laki-laki adalah Qawwam (pemimpin) atas perempuan, bukan dalam arti kuasa mutlak, tetapi tanggung jawab utama dalam menjaga rumah tangga.
2. Istri
M. Quraish Shihab menyebutkan dalam bukunya yang berjudul Wawasan Al-Qur'an bahwa istri berperan sebagai penyejuk dan penopang, bukan hanya dalam urusan domestik, tapi juga dalam menjaga akhlak dan keteladanan bagi anak-anak. Rasulullah SAW pernah bersabda, "Perempuan adalah pemimpin dirumah suaminya dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya" (HR. Bukhari & Muslim).
3. Anak-Anak
Seorang anak juga berperan penting agar terbentuknya satu keluarga yang harmonis. Sesuai dengan kondisinya dalam struktur keluarga, perannya adalah mematuhi dan menaati perintah ayah dan ibunya, serta membantu pekerjaan rumah. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Q.S. Al-Isra ayat 23: "....dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya...".
Strategi Membangun Keluarga Tangguh di Era Digital
1. Membangun Komunikasi Bermakna
Jangan biarkan gawai menjadi penggati percakapan. luangkan waktu untuk berbicara tanpa distraksi digital.
2. Tentukan Batas Konsumsi Media Sosial
Tetapkan waktu bebas gawai dalam keluarga, misalnya saat makan atau menjelang tidur, agar interaksi nyata tetap hidup.
3. Tanamkan Nilai-Nilai Islam Secara Konsisten
Bacaan Qur'an bersama, diskusi kisah Nabi, dan menghidupkan sunnah dalam aktivitas harian bisa menjadi penyeimbang pengaruh media.
4. Jadikan Al-Qur'an sebagai Pegangan
Al-Qur'an sendiri memberikan konsep untuk terwujudnya keluarga yang kokoh berupa musyawarah dan saling tolong menolong antaranggota keluarga. Tersebut dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 233: Apabila keduanya (suami dan istri) ingin menyapih anak mereka (sebelum dua tahun) atas dasar kerelaan dan permusyawarahan antarmereka, maka tidak ada dosa atas keduanya". Begitu pula sikap tolong menolong yang tergambar dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 187: ".....Istri-istri kamu (para suami) adalah pakaian untuk kamu, dan kamu adalah pakaian untuk mereka".
5. Ambil Teladan dari Rasulullah
Rasulullah bukan hanya pemimpin ummat, tapi juga suami penuh kelembutan dan ayah yang sangat penyayang. Sikap beliau menjadi kompas moral bagi keluarga muslim masa kini.
Keluarga adalah pondasi utama dalam membentuk masyarakat yang kuat dan beradab. Di tengah gempuran era digital dan derasnya arus media sosial, ketahan keluarga tak lagi cukup hanya mengandalkan kedekatan fisik, tapi juga harus dibangun di atas kesadaran spiritual dan nilai-nilai ilahiah.
Islam telah menyediakan pedoman hidup yang sempurna untuk menjaga keharmonisan rumah tangga. Keteladanan Rasulullah SAW, ayat-ayat Al-Qur'an, dan ajaran moral yang luhur menjadi benteng yang kokoh dalam menghadapi tantangan zaman. Maka dari itu, sudah saatnya setiap individu dalam keluarga mengambil peran aktif-bukan hanya sebagai pelengkap, tapi sebagai penjaga nilai, pembangun cinta, dan pemelihara keutuhan.
keluarga yang dibangun di atas iman, kasih sayang, dan komunikasi yang sehat akan tetap tangguh, meski zaman terus berubah.
Posting Komentar
0Komentar